Senin, 19 Oktober 2009

Mensikapi Titipan ( Segores Catatan Takdir3)


Setiap kita hanyalah pengemban amanah (lihat posting sebelumnya TITIPAN)...ada banyak titipan yang diamanahkan baik sudah terjadi maupun yang belum terjadi...masalahnya sekarang adalah bagaimana mensikapinya...bukan hal mudah meskipun tampaknya biasa saja...
Pada dasarnya bicara sikap atas setiap titipan ada 3 yaitu:
1. Titipan yang belum terjadi
2. Titipan yang sedang berlangsung dan
3. Titipan yang ditarik kembali

Atas setiap titipan yang belum terjadi...sebaiknya kita selalu meminta kepada ALLAH...dalam hadits Qudsi (diriwayatkan Abu Dzar Al Ghifari) dikatakan sebagian:
"Wahai hamba-Ku, Kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan....."(riwayat Muslim)
Jangan pernah menyerah dan terus mempersiapkan diri untuk menerima Titipan tersebut. Misalnya jika yang diharapkan adalah titipan berupa karier maka asahlah dengan banyak belajar ilmu manajemen...Hal ini sama seperti orang yang membersihkan halaman agar siap ditanam...dan saat sang raja datang melihat kerja para tawanan...diharapkan sang Raja memberi titipan tanaman karena ladang telah siap dan permintaan telah diterima...
Namun ada kalanya permintaan ini belum terkabul meskipun semua syarat telah dijalankan...sebaiknya jangan kita berkecil hati apalagi sampai mengurungkan niat...karena bisa jadi Allah sayang dengan kita...coba bayangkan kalo setiap titipan diamanahkan kepada kita...maka berapa banyak pertanggungjawaban kita diakhirat...misalnya kalau kita diamanahkan rezeki yang banyak dan melimpah...maka akan ada pertanyaan: dari mana harta itu kau dapatkan?...dan kaugunakan untuk apa semua harta itu?...pertanyaan ini tidak akan muncul bagi kaum fakir miskin tentunya...dan akibatnya peluang masuk kerajaan ALLAH semakin besar...mengingat berkurangnya pertanggungjawaban dan sekaligus menjadi percepatan proses menuju surga-Nya.

Allah menitipkan sesuatu kepada kita...tentunya dengan harapan kita mampu menjaga titipan tersebut...dan sebagai manusia beradab selayaknyalah kita ucapkan terima kasih...perlu diketahui beberapa titipan ternyata bersifat hidup meskipun tampaknya benda mati bagi kita...dan untuk setiap yang hidup perlu dipelihara sebagai layaknya mahluk hidup...misalkan saja rejeki harta benda...bisa jadi ini hidup dimata ALLAH...sebaiknya kita pelihara dengan selalu memangkas sebagian agar tumbuh subur dan rapih dengan jalan sedekah..pertanyaannya: Bagaimana bersedekah untuk titipan berupa manusia seperti istri dan anak?...menarik ungkapan Rasullullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Dzar Al Ghifari: ~ "Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bershodaqoh? Sesungguhnya setiap tasbih merupakan shodaqoh, setiap takbir merupakan shodaqoh, setiap tahlil merupakan shodaqoh, a'mar ma'ruf nahyi munkar merupakan shodaqoh dan setiap kemaluan kalian adalah shodaqoh. Mereka bertanya. Ya rasulullah apakah berpahala seseorang diantara kami yang menyalurkan syahwatnya?..Beliau bersabda, Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan di jalan haram, bukankah baginya dosa? Demikian halnya jika hal tersebut diletakan pada jalan halal maka baginya pahala"~

Setiap titipan pasti akan diambil kembali oleh yang memberi...ada titipan berupa harta benda, karir atau jabatan...sewaktu-waktu bisa saja diambil dengan jalan yang tak diduga-duga...saat itu pasti sebagai manusia normal akan gundah gulana...beberapa akan bertanya apa yang salah sehingga ALLAH mencabut amanah-Nya...jika kebetulan kita tahu apa yang salah maka kita tinggal perbaiki diri dan bermohon ampunan kepada ALLAH...namun jika kita tak jua menemukan titik kesalahan kita...maka kita harus meyakini bahwa pemberian Titipan adalah hak prerogatif ALLAH yang tak dapat diganggu gugat...dengan atau tanpa syarat atau alasan...tak ada alasan selama ini kita berbuat baik, selama ini kita berdoa dan ibadah tanpa putus atau pun selama ini kita bekerja keras dan cerdas...namun ALLAH punya hak untuk mengasihi siapapun yang dikehendakinya...termasuk dalam hal memberi titipan...jadi tetaplah tenang karena yang terpenting adalah prosesnya sedangkan hasilnya Allah yang berkuasa.

Terakhir mengutip Hadits yang diriwayatkan Abu Al Abbas abdullah bin Abbas Ra, Rasulullah bersabda : Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara:"Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu ada dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, Jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu dengan sesuatu, mereka tidak akan memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakan kamu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan dapat mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah ALLAH tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering" (HR Tirmidzi)

TITIPAN (Segores Catatan Takdir 3)

Bayangkan kita berada disuatu negri yang dimiliki oleh seseorang yang sangat makmur dengan kekayaan tak terhingga banyak dan jumlahnya...Anggaplah pula Orang itu dengan panggilan Paduka Raja...dan kita hanyalah tawanan-tawanannya....suatu kali sang raja ini memberi kesempatan kedua kepada seluruh tawanan...berupa pembebasan sebagai tawanan dan menjadi warga istimewa yang bebas menikmati semua kekayaan yang dimiliki sang Raja... jika menepati perjanjian namun sebaliknya akan dihukum penjara seumur hidup jika tidak memenuhi perjanjian...wah.. sudah barang tentu semua mengambil kesempatan itu...tak satupun luput....

Akhirnya sang raja membuat sebuah perjanjian...isinya mengakui bahwa semua yang ada diluar sana /balik tembok milik sang raja dan tidak boleh dimiliki...sebagian besar mengakui dan menandatangani perjanjian dan hanya sedikit yang tidak mengakui...sebagai imbalannya atas pengakuan ini adalah pembebasan sementara disebuah lahan kosong di balik tembok kerajaan...awalnya semua massih mengakui ini milik kerajaan...sang raja mulai menitipkan banyak hal dari pakaian...kayu-kayuan untuk membuat rumah...sampai tanaman dan binatang ternak untuk makan mereka...kebaikan raja ternyata tak berakhir sampai disini...Raja masih datang menitipkan berbagai barang yang diminta oleh mereka dan raja tak segan-segan mengingatkan kalo ini semua hanya titipan jangan diakui...

Ternyata dalam perjalanan banyak yang menganggap ini sebagai milik sendiri...yang beruntung diantara mereka sebelum dipanggil mempertanggungjawabkan barang titipan...beberapa barang titipan diambil raja sebagai pengingat...dan ikhlas karena mengakui itu bukan barang miliknya...namun tak sedikit yang berusaha bertahan ...berteriak histeris...meronta-ronta menjadi gila saat titipan itu diambil sang raja...karena menganggap itu semua miliknya yang jelas-jelas bukan miliknya...

Sampai akhirnya terjadilah eksekusi itu...barang siapa yang mampu menjaga titipan dengan baik...mengakui bahwa titipan itu semua milik sang raja...selalu berterimakasih dengan sang raja...maka dimasukan oleh sang raja dalam kerajaannya dan menikmati semua yang ada didalam kerjaaan itu...namun barangsiapa yang mengingkari...sombong menganggap itu semua barang miliknya seperti pengontrak yang menganggap rumah kontrakan sebagai miliknya...maka dimasukan sang raja dalam golongan pemberontak...maka penjaralah sebagai tempat kembalinya dan mereka kekal didalamnya....

Hidup ini sebenarnya tak ubahnya menjalani kontrak perjanjian antara para tawanan dengan sang Raja...mari kita sikapi dengan arief dan bijaksana...

Rabu, 07 Oktober 2009

Segores Catatan Takdir


Bagaimana rasanya kalau anda (pembaca blog saya) tiba-tiba diramal oleh seseorang dan yang meramalkan itu tidak pernah kita minta untuk meramal diri kita..dan ternyata hasilnya menyedihkan, menakutkan dan mencemaskan anda?...Pasti kita berusaha menolak terlebih kalau yang diramalkan itu jauh dari keadaan kita saat itu...misalnya diramal akan mati dalam waktu tidak lama lagi sementara secara fisik kita merasa sehat, segar dan bugar...pasti menolak dong? bahkan mentertawakan...gag mungkin!!! itu yang terbersit di pikiran kita...
Namun..apa yang akan kamu rasakan ketika perlahan satu demi satu ramalan itu mulai menjadi kenyataan..memilin dan menjalin bagai benang yang semakin lama semakin menciptakan akhir perjalanan hidup kita...apakah kita masih bisa tertawa?...apakah kita akan merutuk orang yang meramal kita?...apakah justru menyesal bertemu dengan orang itu?...atau justru menyesal akan sikap kita yang meremehkan?...
Mungkin kalau ramalan itu sekedar ramalan kematian...tidak ada cerita duka disana tetapi kalau ramalan itu berupa jalan hidup yang sarat nestapa seperti menikah diusia senja..kehilangan pekerjaan diusia muda...besar pasak daripada tiang...menjadi gelandangan...pilu dan ngilu rasa hati ini...
Bukanlah mudah untuk menjejakan kaki pada falsafah kesabaran...bukan hal ringan untuk menenangkan pikiran pada jalur positif...dan bukanlah semudah membalikan tangan kala harus mencoba ikhlas...
satu persatu ramalan itu mulai terjadi seperti daun kering yang jatuh dari pangkal pohon..berguguran jatuh ke muka bumi mengotori muka tanah kebahagiaan dengan daun kering itu...Dulu...waktu pertama kali daun itu gugur aku bisa menangis..sekarang malah tertawa...gag ada lagi kesedihan di muka kecuali hati yang meringis ... menangis dan menjerit sejadi-jadinya...entah sampai kapan derita ini berakhir atau...begini takdirku?
Yah...takdir...kalo itu semua merupakan takdir yang telah dicatatkan ALLAH di Lauhful Mahfudz-Nya...maka tak ada kata lagi kecuali menikmati...menikmati takdirku sendiri..meski sakit..meski luka itu kian bernanah...
Tuhan...aku tak pernah tahu apa yang terjadi padaku semenit...sejam...sehari...sebulan atau setahun mendatang...dan aku pun tak tahu apakah semua peristiwa dimasa datang itu semakin menyakitkan...sepicik prasangkaku akan masa depan yang terlanjur kelam...
Tuhan...tolonglah aku...aku sudah lelah...letih...gontai dalam diam tanpa asa...engkau paling tahu apakah aku merasa susah atau senang saat ini...meskipun di depan orang aku slalu menunjukan rasa kebahagiaan...meski sayap ini kuberikan banyak orang agar bahagia...namun hati ini tetap menangis pilu...

Selasa, 07 Juli 2009

Keadilan Tuhan


Sering kali aku berkata,

ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,

tetapi,
mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?

Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang
bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?

Ketika semua itu diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja
untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,

dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
Seolah ...
semua "derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah ...
keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti
matematika:

aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan Nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan Kekasih.

Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai
keinginanku,

Tuhan....
padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...

"ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama saja"

(WS Rendra).

Senin, 06 Juli 2009

BERBAGAI PERTANYAAN HIDUP


6 PERTANYAAN TENTANG HIDUP

Suatu hari Seorang Guru berkumpul dengan murid-muridnya...
Lalu beliau mengajukan enam pertanyaan...

Pertama...
"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab...
"orang tua", "guru", "teman", dan "kerabatnya"...

Sang Guru menjelaskan semua jawaban itu benar...
Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "kematian"...
Sebab kematian adalah PASTI adanya.....

Lalu Sang Guru meneruskan pertanyaan kedua...
"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab...
"negara Cina", "bulan", "matahari", dan "bintang-bintang"...

Lalu Sang Guru menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar...
Tapi yang paling benar adalah "masa lalu"...
Siapa pun kita... bagaimana pun kita...dan betapa kayanya kita... tetap kita
TIDAK bisa kembali ke masa lalu...
Sebab itu kita harus menjaga hari ini... dan hari-hari yang akan datang..

Sang Guru meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga...
"Apa yang paling besar di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab
"gunung", "bumi", dan "matahari"...

Semua jawaban itu benar kata Sang Guru ...

Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu"...
Banyak manusia menjadi celaka karena memperturutkan hawa nafsunya...
Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu...
Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu ini... jangan sampai nafsu
membawa kita ke neraka (atau kesengsaraan dunia dan akhirat)...

Pertanyaan keempat adalah...
"Apa yang paling berat di dunia ini...???"
Di antara muridnya ada yang menjawab...
"baja", "besi", dan "gajah"...
"Semua jawaban hampir benar...", kata Sang Guru ..
tapi yang paling berat adalah "memegang amanah"...

Pertanyaan yang kelima adalah... "Apa yang paling ringan di dunia ini...???"
Ada yang menjawab "kapas", "angin", "debu", dan "daun-daunan"...
"Semua itu benar...", kata Sang Guru...

tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "meninggalkan ibadah"...

Lalu pertanyaan keenam adalah...
"Apakah yang paling tajam di dunia ini...???"
Murid-muridnya menjawab dengan serentak... "PEDANG...!!!"
"(hampir) Benar...", kata Sang Guru
tetapi yang paling tajam adalah "lidah manusia"...
Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati... dan melukai perasaan saudaranya sendiri...

Sudahkah kita menjadi insan yang selalu ingat akan KEMATIAN...

senantiasa belajar dari MASA LALU...

dan tidak memperturutkan NAFSU...???

Sudahkah kita mampu MENGEMBAN AMANAH sekecil apapun...

dengan tidak MENINGGALKAN IBADAH....

serta senantiasa MENJAGA LIDAH kita...

Selasa, 30 Juni 2009

KADO ULANG TAHUN


Buat yang ulang tahun...kado yang baik adalah persahabatan itu sendiri. Karena cinta persahabatan adalah souvenir indah yang tak pernah lekang oleh kondisi dan waktu...semakin lama...nilai sahabat semakin manis...kita akan berusaha mencari symbol persahabatan ketika lama tak bertemu...
Sahabat akan senantiasa ada disaat senang maupun susah...menghapus semua duka dan membuka tabir kebahagiaan...sahabat ada untuk membuat kita tersenyum bahkan tertawa tergelak....
Sahabat...aku selalu ada untuk kamu...di sebuah sudut ruang maya

Selasa, 26 Mei 2009

PELANGI LUKA


Pelangi luka

Kuucapkan sembilu yg terapung merajuk menahan rasa
Mencari cahaya tak terkisah di ujung sana
Terlewati mimpi menuju pelangi...
Mendaratkan jingga yg penuh luka

Oh..wahai pelaku waktu
Ucapkanlah kelu yang meragu
Biarkanlah ia berlagu dalam perasaan

Oh…duhai pecinta masa
Nantikanlah hujan yang merona
Redupkan wajahnya hingga esok lusa

Kubiarkan luruh mendekat meradangkan jiwa sempurna
Mencabarkan hari tanpa indah sendiri saja
Tertelan sepi menuju matahari
Merapatkan senja di pelangi luka

by ika puspita sari

Senin, 11 Mei 2009

Table Digital Signage

Jika anda berfikir digital signage hanya Monitor LCD TV, silahkan terkejut. Karena sebentar lagi iklan perusahaan anda bisa langsung berada diatas meja sambil menikmati segelas kopi pahit. Keren kan. Berikut tayangannya dan bagi yang berminat dengan product tersebut atau butuh info lebih detail silahkan contact saya (binsar) di 021-28992539.

Selasa, 28 April 2009

Wajah saya


Banyak yang penasaran mo tau wajah saya...
Ya inilah saya....

Kamis, 16 April 2009

ENTAH


ENTAH....

Ku tahu...
Kau Selingkuh...
Kau duakan cintaku yang tulus....
Kau tahu...
Diriku tak pernah berpaling dari dirimu...
Teganya kau dustai semua janji kita berdua...
Entah...
Masihkah ada cinta dihatiku untukmu?
Entah...
Kapankah kudapat membuka hati untukmu?
Tak pernah kubayangkan
Cerita kita berakhir begini
Teganya kau dustai semua janji kita berdua
Entah...
Masihkah ada cinta dihatiku untukmu?
Entah...
Kapankah kudapat membuka hati untukmu?
Masihkah ada....cinta dihatiku?
Dihati kecil kuberharap kau masih bagian dari hidupku

Senin, 06 April 2009

Sejuta Wajah


Hari ini adalah hari yang cukup berat tapi harus dilalui dengan senyum dan bahagia. Hari ini merupakan saat yang menentukan untuk besok dan hari yang akan datang. Barangkali beginilah rasanya orang yang menunggu saat eksekusi seperti amroji CS. Setiap detik merupakan perpanjangan rasa kesah....Saya mungkin akan meninggalkan pekerjaan yang notabene mulai kunikmati dan selama menjalaninya tidak banyak cacat proses. Hanya satu saja kesalahanku, saya tidak bisa memenuhi janji pada perusahaan yang disebabkan faktor keadaan. Ini yang menyesakan dada...berakhir karena keadaan bukan kesalahan diri.
Tapi..apalah artinya semua itu, saya sudah cukup kenyang dengan seluruh perih, getir kehidupan. Seperti orang-orang yang menyimpan sejuta wajah dalam satu cover wajah.
Misalkan saja Ryan (tersangka mutilasi), bisa menyimpan wajah sadis dalam format keluguan. Saya sendiri menyimpan rasa sakit dalam format kelucuan, keceriaan dan kebahagiaan. Namun, manusia ya manusia. Terkadang rasa sedih itu menghinggap termasuk rasa sedih karena tidak menemukan tautan kasih dan sayang untuk mencurahkan seluruh beban rasa. Hanya wadah ini aja yang siap. Wajah..oh wajah....

Kamis, 02 April 2009

80 : 20

Kemarin boz di kantor mengajak diskusi. Pastinya terkait dengan masa kontrak kerja gw yang tinggal se"upil" (kek gimana ya masa se"upil", tebak aja ndiri. Yang jelas kalo idung bangor ...upil-nya "GEDE" tapi kalo idungnya imoet kaya USB gw upil-nya "mungil"...tpi kayaknya ga juga sih, temen gw biar idungna "imoet" berhubung orngnya males buang ingus, upilnya jadi segede biji kelereng... hwua...kak...kak. PS: buat yang ngerasa sory bro)
Singkat kata diskusi menanyakan tentang bagaimana gw mensikapi pekerjaan yang berbeda karakter jauh dengan pekerjaan sebelumnya. Gw sih berpendapat selalu menikmati setiap proses kehidupan sebagai sebuah pembelajaran, termasuk pekerjaan gw yang sekarang. Meskipun jujur, barometer penilaian pekerjaan sekarang tidak seperti di back office yang terukur dan mudah digapai dengan kemampuan, kerjakeras dan otak. Barometer pekerjaan gw yang sekarang ini tergantung klien, yang bisa jadi pengen beli tapi ga punya uang dan faktor laen yang menurut gw ga penting dibeberin di sini. Masalahnya juga bukan sebatas barometer lho...ga lah, perusahaan gw juga ngga bakal senaif itu, tapi yang jelas gw memang "salah". Gw udah ingkar janji sama perusahaan dan gw ga perlu mencari pembenaran untuk itu. Gw buat statement ama boz "siap untuk diselesaikan...karna gw emang salah" Yang menarik adalah ketika diskusinya telah menyentuh kalimat berikut:
Boz : "Sar, saya tahu kamu sering menggunakan insting spiritual kamu yang 80% untuk menghadapi masalah, beda dengan saya yang menggunakan 80%-nya untuk logika. Cobalah mencari solusi, emang menantang tapi dibalik tantangan pasti ada imbalan yang besar. Cobalah!"
Penjelasan saya pun saat itu, ga penting untuk diungkapin disini. Cuma pertanyaan gw adalah : "salahkah seseorang yang menggunakan logika spriritual hingga dominan dalam mensikapi setiap masalah(80%)ketimbang pertimbangan logika????"
Dulu gw pernah hidup mengandalkan logika, dan ibadah yang gw jalanin hanyalah formalitas spiritual terhadap Tuhan YME, tanpa bermaksud mencari "hikmah" ketuhanan dalam mensikapi setiap masalah. Namun hasilnya .... sebuah keterpurukan mental yang amat "parah"! Gw sendiri merasa takut, seperti memasuki lorong gelap yang semakin dalam semakin gelap dan sunyi. Waktu itu Gw ga tau lagi apakah jalan didepan gw ini masih mulus, akankah ada binatang buas disana atau terjebak ke dalam jurang. Entahlah...yang jelas gw bisa keluar dari beban perasaan itu hanya dengan membalikan segala logika sehingga deket dengan logika spiritual.
Hal ini disebabkan, keterbatasan logika akal dengan apa yang disebut takdir. Misalnya saja bisakah logika akal memahami seseorang yang kita sayangi didunia ini meninggal secara tiba-tiba disaat kita sedang menikmati kebahagiaan bersamanya. Kepergiaan yang tidak pernah kita lihat tanda-tanda sebelumnya dan kita tau orang itu terlalu "baek" selam hidup di dunia. Namun...itulah...setiap yang bernyawa pasti akan mati. Dan itulah logika spiritual.
Sikap positif yang keluar dari setiap masalah akan membuka matahati kita atas sebuah kebenaran takdir. Takdir sendiri bukan sesuatu yang harus diratapi apalagi disesalkan, namun disikapi secara positif sebagai warna kehidupan yang baru. Bukankah taman bunga lebih terlihat keindahannya, jika dihiasi bunga warna-warni. Ga bagus lah kalo cuma satu warna. Meskipun bunga berwarna hitam kelam dan bau bangkai..he...he..jangan kelewat serius bro...jika disatukan warna lain seperti putih, kuning, coklat dlsb bakalan keluar keindahannya.
Bagi gw logika spiritual dan akal, bersifat saling menggenapi. Akal diperlukan untuk menciptakan kreasi menghadapi tantangan kehidupan dan spiritual dibutuhkan guna mensikapi hasil yang terkadang (bahkan seringkali berbeda dengan harapan). Jadi akal harus saling menggenapi dengan spiritual. Seperti cinta...lebih indah dengan munculnya rasa rindu digenapi cemburu, marah dan senyuman, harapan dan keterasingan. cobalah padukan ... hasilnya... DAHSYAT!!!
Jadi ada masalah dengan logika spiritual?

Minggu, 08 Februari 2009

Melesatlah terbang sejauh kau mau


Begitu doaku pagi ini untuk “burung” yang mewakili “AKU”. Yah…aku ingin seperti burung yang bisa terbang lepas sejauh keinginan dan harapanku meninggalkan segala musibah, masalah dan keterpurukan. Hampir dua tahun menganggur tanpa penghasilan sama sekali sementara hutang mulai bermunculan dan menuntut untuk dibayar. Semua seperti badai besar yang menghantam kehidupanku. Saat itu semua aktivitasku terhenti, tidak ada celah dan ruang untuk terbang tinggi ke angkasa melawan badai. Yang bisa kulakukan hanyalah berdiam disalah satu celah pada tebing-tebing kokoh dipinggir pantai untuk bisa selamat.
Namun saat ini, badai telah berlalu dan tinggallah sampah yang berserakan akibat badai. Saya harus membersihkan segala sampah tersebut tanpa pernah berharap akan upah. Mengapa? Karena tidaklah mungkin kita bisa terbang jika jalan keluar dari celah tebing persembunyian masih tertutup sampah dengan rapat. Yah…berjuang dan berjuang menyingkirkan sampah satu persatu hingga menjadi jalan yang layak untuk dilalui dan dapat dengan mudah melesat terbang.
Serunya lagi saat membersihkan sampah bukanlah lebih mudah dibanding saat badai menerpa. Ancaman datang dari lingkungan sekitar. Sekelompok manusia berharap menangkapku untuk dijadikan makan siang, buat maen-maen, perhiasan rumah atau budak mencari makan mereka. Berkali-kali mereka melempar batu, ranting atau apapun yang bisa mereka lempar ke arahku sambil bersorak sorai. Aku harus berjuang menghindar dari lemparan “sampah baru” agar tidak melukai dan membahayakan keselamatanku sambil terus bekerja lebih ekstra keras untuk menyingkirkan “sampah baru” tersebut. Melelahkan memang, tapi aku tidak boleh berhenti, aku harus berjuang terus tanpa lelah. Berhenti sekarang berarti berhenti untuk selamanya, tidak boleh merasa lelah dan terkadang siap sesekali terluka. Pufh….sangat menantang.
Lebih berat lagi jika burung keluargaku dalam sarang yang sama enggan membantu bahkan turut serta melemahkan. Bukan sekali atau dua kali dikatakan “percuma saja menyingkirkan sampah itu, sudahlah , kita buat jalan tembus baru saja”. Padahal membuka jalan baru jauh lebih sulit dan memakan waktu. Itulah sebabnya kita harus mensyukuri nikmat Allah yang ada, Jika Allah memberi nikmat berupa jalan ini. Kita harus syukuri dengan menekuni pekerjaan disitu semaksimal mungkin. Karena kalau diteruskan lama-kelamaan jalan akan semakin terbuka lebar dan peluang-peluang baru semakin banyak terbuka.
Akhirnya saya yakin, pasti saya bisa melesat terbang kembali di angkasa luar lebih tinggi dan jauh dibandingkan sebelum badai karena ilmu dan tenaga yang dimilikipun sudah dua kali lebih besar dibanding sebelum badai. Namun semua tergantung ridho Allah, Allahlah yang lebih kuat atas segal kekuatan yang ada. Amienn…….

Sabtu, 31 Januari 2009

Apalah arti sebuah nama ?


Alhamdulillah, segenap puji-pujian kuhaturkan untuk ALLAH yang melindungi dan menjagaku siang malam. Thanx ya ALLAH. Akhirnya setelah berharap beberapa tahun, sekarang lahir juga blog kesayangan ini.
Posting awal ini saya buka dengan tema “Apalah arti sebuah nama?”. Sebuah ungkapan yang sering dilontarkan orang ketika mengelak mengungkapkan nama/ jati dirinya. Pada dasarnya saya berkeyakinan bahwa nama itu sangat penting, sama pentingnya seperti kata-kata yang memiliki kekuatan. Yah…kata-kata memang punya kekuatan/power contoh kalau terjebak situasi yang sulit dan kita bilang “duh susahnya…” yang terjadi kita semakin stress dan sulit menemukan jalan keluar namun kalau kita bilang “Wah menantang…” rasanya kok setiap waktu dan metode mengatasi masalah menjadi begitu menarik.
Kembali ke nama. Nama atau judul merupakan perwakilan karakter dan isi dari keseluruhan ruang lingkup di dalamnya. Kalau nama itu jelek biasanya isinya juga jelek, kalau nama itu bagus biasanya isinya juga bagus. Sebagian menganggap nama itu sebagai doa, setiap orang yang memanggil sama dengan berharap/wishing sesuai panggilannya. Di sisi lain lagi nama itu sebagai pengait memory di otak, makanya kenapa banyak grup band memberi nama band begitu singkat namun familiar buat kebanyakan orang karena berharap mudah disimpan dalam memory otak yang isinya sudah begitu banyak. Jadi apakah kita masih sanksi dengan arti sebuah nama?
Saya pun berpikir keras untuk memberi judul yang terbaik biar bisa diingat dalam memory orang banyak namun tetap memberikan makna positif. Contoh bloging sukses dengan nama eksentrik misalnya: kambingjantan.com. Jadi harus unik supaya masuk memory orang dan jadi sering dikunjungi, bagus kan…! Saya memang terinspirasi sama blognya Adithya Mulya…dan akhirnya saya putuskan memberi nama…”SEMUT BAHAGIA”.
SEMUT adalah typikal binatang pekerja keras, pantang menyerah, cooperatif, patuh pada pimpinan namun bukan penjilat dan satu lagi…salah satu binatang yang disebut-sebut dalam Al Qur’an, Wow. Ngomong-ngomong soal binatang yang disebut dalam Al Quran, binatang lainnya adalah lebah. Awalnya saya ingin menggunakan nama itu tapi khawatir diplestkan menjadi LEBA…
BAHAGIA adalah kata yang mewakili energi positif. Setidaknya itu yang saya rasakan. Dalam kata “BAHAGIA” terefleksi sebuah perasaan Ikhlas yang mendalam, senyuman menyejukan, rasa syukur, semangat dan cinta kasih sayang. Semoga “SEMUT BAHAGIA” menjadi atmosfir positif dalam kehidupan saya. Oke saya tunggu komentarnya.