Selasa, 23 November 2010

MITOLOGI SUMUR……..


Suatu kali sahabat terbaik memberi saran luar biasa. Diya bilang “Seandainya sumur itu dalam dan lo tdk pernah tau apa yg ada d dlmnya, sedangkan lo ingin tau dan lo tau resiko yg akan terjadi, sebaiknya lo hrs terjun ke sumur itu. Sesakit apapun itu tetapi lo akan puas dgn semua jwb yg ada, skrg lo cm pandangi sumur itu tanpa tau sedlm apa dan apa yg ada di dlm sumur itu. Semua gag akan ada jawabnya sebelum lo terjun ke dlmnya...Smua jawab ada di tangan lo.. Sakit atau gag.. ya smua kehidupan pasti penuh perjuangan.”

Pandangan ini sangat menarik hati…sungguh ingin buatku melakukan upaya yang dapat mengungkap dalamnya sumur…meskipun Cuma jawaban ya ataupun tidak. Masalah justru terjadi saat diriku enggan untuk melakukannya. Sempat ku berpikir mungkin karena bayangan rasa ketakutanku saja. Tapi rasanya aku tidak senaif itu. Pasti ada dorongan dalam hati yang menahan segala hasrat besar ini. Dalam perenungan panjang barulah aku sadari kenapa aku enggan untuk melakukannya. Dan jawabannya kembali kepada tujuan.

Berawal dari pertanyaan tujuan mow tau dalamnya sumur untuk apa? Semisal jawabannya “YA”..mau apa?..semisal “TIDAK”…mau apa? Dan akhirnya menemukan muara pertanyaan, sejatinya kalau aku terjun ke sumur itu berarti itulah tujuan terakhir perjalanan ini…betulkan disini akhir perjalanannya?...

Semisal dianalogikan kepada saya, seorang raja menitahkan kepadaku menemukan sebuah perkampungan yang mana diperkampungan itu aku bisa hidup tenang dengan sejumlah rakyat kecil yang menjadikan aku sebagai kepala dusun dan didalamnya pun sudah tersedia kekayaan yang melimpah ruah. Lalu berangkatlah aku dengan sejumlah pemuda mencari masing-masing kampungnya sendiri. Satu per satu para pemuda menemukan kampungnya dan menjadi kepala dusun di kampong itu. Tinggal aku saja yang masih harus melanjutkan perjalanan jauh mencari kampong halaman sesuai titah sang raja. Dalam perjalanan yang melelahkan ditengah panas terik dan tandus gersang, tersebutlah sebuah sumur menyimpan air sejuk, tetapi bukan perkampungan sesungguhnya. Tatkala kita melihat kedalam sumur itu pastinya hasrat untuk menikmati air sumur menjadi begitu besar. Dan tak salah kiranya kalau kita ingin terjun kedalam sumur mereguk puas kenikmatan air sumur…Namun betulkah ini merupakan pilihan paling bijak?...sedangkan kampong tujuan yang ditunjuk sang raja belum genap ditemukan.

Terkadang menyelami sebuah permasalahan juga dituntut harus dilihat secara bijak dan proposional. Adakah ini merupakan tujuan akhir atau sekedar tujuan antara. Dan kalau memang Cuma tujuan antara maka reguklah seperlunya untuk sekedar menghilangkan dahaga dan lanjutkan perjalanan menuju kampong kesejatian. Nah, bicara hal ini akupun menilai perjalanan cintakupun demikian. Saat ini memang aku sudah terlalu haus…haus untuk mencintai…haus untuk menyayangi dan melindungi…dan ketika akhirnya ditemukan sebuah sumur…maka seluruh dahaga itu harus ditebus dengan air dalam sumur. Tapi untuk terjun berenang dalam sumur itu membutuhkan suatu kematangan berpikir dan melesap rasa lebih dalam, adakah ini muara perjalan sesungguhnya?...

Akhirnya, sebagai bagian perjalanan hidup yang telah dicatatkan ALLAH dalam LAUHFUDZ MAHFUDZ jauh sebelum alam raya ini diciptkan-Nya, aku bersyukur atas nikmat seteguk cinta air sumur yang menyejukan. Namun hanya untuk beberapa teguk saja dan diambil sebagian sebagai bekal melanjutkan perjalanan menuju kampong halaman. Ajaib memang, air ini memang membangkitkan semangat lebih menggelora untuk mencapai kampong halaman yang harus dituju. Semoga saja perkampungan itu ditemukan. Dan sebagai perkataan akhir aku hanya bisa berkata “Terima Kasih YA Rabb atas berkah cinta yang kau alirkan dalam kerongkongan panas kehidupanku, meski itu bukan berarti cinta yang penghabisan atau cinta yang dapat disatukan. Namun aku pun berjanji tak akan mengotori cinta ini dengan nafsu syahwat sesaat yang merusak. Karena cinta adalah rasa dan rasa itu begitu agung untuk mudah dinodai….”

Do’a ku pun masih sama Ya Allah, “Bukan aku berharap menikahi orang yang kucintai, tetapi biarkanlah aku mencintai istri yang kunikahi atas nama engkau dalam naungan kitab suci AR RAHMAN, dan istrikupun merasa cukup dengan cinta dan mencintaiku tulus atas nama ENGKAU ..YA Rabb”…Amieennn…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan masukan komentar Anda di sini